Jonatan menambahkan, kenyamanan di pelatnas terkadang membuat pemain kurang menyadari batas kemampuan mereka. Dia menyebut fasilitas lengkap pelatnas sering membuat pemain tidak sepenuhnya terdorong untuk menembus batas.
"Maksudnya, selama ini di dalam (pelatnas) kan ya kita, dalam tanda kutip ya, nyaman lah. Kita ya pokoknya tinggal berangkat, kita difasilitasi gitu, dan kadang, dengan, momen-momen atau hal-hal kecil seperti itu tuh, kita kurang, bukan kurang menghargai ya, apa ya kayak, kita kurang aware lah. Kita kurang, kurang, kurang bisa untuk, nge-push lebih lagi tuh, limit kita dimana gitu. Jadi ya, ya ada plus minus lah," ujar juara All England 2024 tersebut.
Meninggalkan pelatnas membuat Jonatan merasakan banyak hal baru. Selain harus lebih cermat dalam mengatur pengeluaran, dia juga mendapatkan pengalaman perjalanan yang sebelumnya tidak pernah dia alami saat masih berada di bawah fasilitas penuh PBSI.
"Plusnya mungkin saya bisa tambah, pengalaman baru, bisa kayak misalnya kayak kemarin tuh, dari naik pesawat, terus kita naik bis, naik kereta, wah jadi ya, ada-ada momen. Ada momen itu tuh yang, yang biasanya kita cuman, yaudah duduk, disediain, udah jalan gitu. Tapi gak ada momen itu tuh, yang bisa kita ceritain nanti gitu loh," ungkapnya.
Jonatan bahkan menyebut perjalanan tiga minggu bersama timnya terasa seperti kombinasi liburan dan pertandingan. Meski tidak sepenuhnya nyaman, pengalaman itu memberi warna baru dalam perjalanan kariernya.
"Makanya kemarin, pas jalan bertiga, tiga minggu kayak, ih enak juga ya. Ya walaupun memang, gak enak-enak banget sih gitu. Cuman kayak, feelnya tuh kayak, ya, liburan plus petandingan lah, kayak gitu loh. Jadi lebih, lebih ada momen itunya," pungkasnya.