“Dustin Poirier adalah (pertarungan) pertama ketika ayah saya berada di sudut saya di UFC karena sebelumnya dia tidak pernah memiliki visa. Itu adalah minggu pertarungan yang sangat menyenangkan. Itu emosional dan ada energi yang baik,” kata Khabib dilansir dari Middleeasy, Selasa (5/3/2024).
“Pada malam pertarungan ketika saya mengalahkannya, itu adalah salah satu yang terbaik dalam karier profesional saya karena saya ingat bagaimana ayah saya gugup dan bagaimana saya berbicara dengannya sebelum dan sesudah pertarungan,” ucapnya.
Sayang, sang ayah tak hadir langsung dalam laga terakhirnya sebelum pensiun, yakni melawan Justin Gaethje, pada UFC 254 pada 25 Oktober 2020 silam. Sebab, Abdulmanap meninggal dunia pada Juli 2020 dalam usia 57 tahun setelah berjuang melawan pneumonia bilateral yang disebabkan Covid-19.
Khabib tak memungkiri, tanpa kehadiran sang ayah, dirinya sangat sulit melawan Gaethje. Akan tetapi, meski raga sang ayah sudah tidak ada, semangat dan motivasi yang diberikannya terus terngiang di kepalanya sehingga petarung asal Rusia itu bisa menutup kariernya dengan kemenangan dan tanpa sekalipun menderita kekalahan.
“Secara emosional, itu adalah pertarungan yang sangat sulit (melawan Justin Gaethje). Saya menghadapi lawan yang sangat tangguh dan tidak mudah menghadapi semuanya, tapi Alhamdulillah,” ucap sepupu Islam Makhachev itu.
“Seperti yang ayah katakan padaku dahulu kala, semua berlian dibuat di bawah tekanan yang sangat tinggi. Jika tekanan datang dan itu tidak menghancurkanmu, kamu akan menjadi berlian,” ucapnya.