Lebih lanjut, Taufik yang ditugaskan menjadi mentor Jojo -sapaan Jonatan- dan Ginting selama persiapan menuju Olimpiade 2024, mengungkapkan dirinya sangat yakin dengan performa kedua atletnya itu dari segi teknik dan fisik bahwa mereka bisa bersaing dalam perebutan gelar. Namun, tak dapat dipungkiri pada akhirnya mental di lapangan lah yang melengkapi semuanya.
"Di sini, saya di Tim Ad Hoc, selalu menyampaikan dalam tim dan pemain juga bahwa dari angka 10, satu sampai sembilannya kita sudah siapkan semua, dari pelatih, nutrisi, semua ada. Nah, 10-nya dari pemain lah di dalam lapangan,” ujar legenda asal Bandung itu.
"Memang enggak gampang. Jadi kita ini di luar sudah menyiapkan semua dan saat di dalam lapangan kita cuma bisa menonton dan berdoa," lanjutnya.
Taufik pun mengakui dirinya terkadang cukup kesal jika dilontarkan pertanyaan soal generasi tunggal putra yang belum memiliki prestasi yang sejajar dengannya. Meski begitu, dia menilai harapan untuk bangkitnya bulutangkis Indonesia di ajang Olimpiade masih terbuka lebar di masa depan karena perlu proses panjang untuk berprestasi.
"Memang agak panas juga kuping ini tapi dengan adanya ini buat saya jadi pengalaman juga untuk ke depannya bagaimana menghandle atlet ini, terutama untuk tunggal putra ya," ucap pria berusia 43 tahun itu.
"Jadi ke depan kita harus gotong royong dan butuh masukan juga dari media dan masyarakat semua, siapa badminton lovers semuanya, kita melihat ke depan. Saya juga yakin olahraga ini tak instan dan butuh waktu panjang," ujarnya.