Sebaliknya, pembalap seperti Marc Marquez dan Francesco Bagnaia menggunakan motor spek terbaru Ducati yang masih dalam proses pengembangan. Motor anyar ini, meskipun menjanjikan, belum sepenuhnya stabil sehingga menyulitkan adaptasi bagi para rider.
Hal ini terlihat dari performa Francesco Bagnaia, yang masih kesulitan menemukan feeling dengan motor barunya. Ketidakseimbangan performa ini menjadi bukti bahwa teknologi terbaru tidak selalu langsung memberikan hasil maksimal.
“Dia telah menunjukkan bahwa dirinya, yang pernah juara dunia dua kali di kelas bawah, juga bisa berbicara banyak di MotoGP,” lanjut Pernat, merujuk pada prestasi Alex saat menjadi juara dunia di Moto2 dan Moto3. Sekarang, Alex perlahan mulai menunjukkan tajinya di kelas premier.
Pernat pun menegaskan bahwa Alex adalah satu-satunya pembalap saat ini yang mampu memberi perlawanan langsung kepada Marc Marquez, meskipun masih ada perbedaan level kemampuan di antara keduanya.
“Faktanya, dia ada di posisi kedua klasemen; dia satu-satunya yang bisa bersaing dengan kakaknya, meskipun secara kemampuan masih di bawah, tentu saja,” tutup Pernat.
Dengan delapan seri tersisa di MotoGP 2025, persaingan antara dua bersaudara ini diprediksi akan menjadi sorotan utama. Banyak yang penasaran, apakah Alex mampu mempertahankan momentum dan terus menekan sang kakak hingga akhir musim?