Lebih jauh, minggu lalu PBSI melakukan evaluasi bersama dengan seluruh pelatih teknik, pelatih fisik, serta tim pendukung untuk mengidentifikasi kendala dan mencari solusi. Hasilnya menunjukkan sebagian besar pelatih masih tergolong baru dan belum bisa sepenuhnya menyesuaikan kebutuhan individual atlet.
“Salah satu contohnya adalah pemilihan turnamen. Ada atlet yang ingin turun di suatu event, tapi pelatih menilai mereka belum siap secara fisik atau mental. Namun, karena tekanan dari sponsor atau kepentingan lain, pemain tetap harus bertanding, padahal itu belum ideal,” ungkap Eng Hian.
Situasi tersebut dianggap cukup krusial karena berpotensi menurunkan performa atlet dan memengaruhi hasil pertandingan secara keseluruhan. Oleh karena itu, Eng Hian kini tengah berkomunikasi intensif dengan pimpinan PBSI agar keputusan pengiriman atlet ke turnamen sesuai dengan standar kesiapan dari pelatih.
Di akhir pernyataannya, Eng Hian menegaskan bahwa peran pelatih sebagai komando lapangan harus diperkuat. Jika evaluasi di paruh kedua tahun 2025 tidak menunjukkan perbaikan signifikan, maka akan ada konsekuensi terhadap kontrak pelatih.
“Kami sudah memberikan catatan khusus tentang target enam bulan ke depan. Ini akan menjadi bahan evaluasi dalam menentukan perpanjangan kontrak pelatih. Pelatih harus tegas dan tidak selalu mengikuti kemauan atlet,” pungkasnya.