2. Ketenangan
Timnas Indonesia bermain dengan skema bertahan 3-5-2. Jepang yang mendominasi permainan dipaksa sabar membongkar pertahanan Garuda.
Tim asuhan Hajime Moriyasu itu terlihat tenang mengalirkan bola dari kaki ke kaki. Terbukti gol pertama hingga keempat Jepang hadir berkat proses berkelas.
Gol ketiga Jepang yang dicetak Morita bisa dijadikan contoh. Dia mendapa bola usai Maarten Paes melakukan blunder.
Tapi Morita enggan langsung menyepak bola. Dia dengan tenang mengarahkan bola ke sudut gawang Timnas Indonesia dan berbuah gol.
Ketenangan para pemain Jepang begitu luar biasa. Mereka tetap sabar meski Skuad Garuda bermain sangat dalam di daerah pertahanan.
3. Efektivitas
Statistik mencatat Jepang memiliki tujuh shot on target, sedangkan Indonesia tiga.
Empat dari tujuh shot on target Jepang berbuah gol. Mereka benar-benar memaksimalkan peluang di depan gawang Timnas Indonesia yang dipenuhi banyak pemain.
Skuad Garuda sejatinya memiliki peluang emas di awal laga lewat Ragnar Oratmangoen. Dia sudah berada satu lawan satu dengan kiper Jepang Zion Suzuki.
Sayangnya Ragnar malah menyia-nyiakan peluang tersebut. Tendangannya bisa ditepis Suzuki.
Sejatinya Timnas Indonesia harusnya bisa memanfaatkan peluang sebaik mungkin melawan Jepang. Permainan bertahan diselingi serangan balik harusnya bisa berbuah kemenangan jika serangan yang dilancarkan efektif.
Sayangnya Timnas Indonesia belum bisa memaksimalkan peluang yang sedikit menjadi gol. Hal tersebut yang wajib dibenahi.