Namun rupanya para suporter Indonesia sudah menyiapkan semuanya dengan matang. Mereka menyatakan datang untuk mendukung Asnawi yang kebetulan bermain di tim tamu, Ansan Greeners, jadi bukan datang untuk menjadi suporter klub.
Sementara dalam aturan K-League, suporter lawan dilarang masuk ke stadion. Dengan begitu, otoritas K-League tidak bisa menjadikan kehadiran suporter Indonesia sebagai bukti dukungan terhadap Ansan, karena mereka mendukung Asnawi.
Selama pertandingan, mereka juga mendapat pengawasan terus menerus, mereka sama sekali tidak terpancing untuk meneriakkan yel-yel kepada tim Ansan. Sebaliknya mereka bersikap murni penonton umum. Mereka ikut memberikan sorak dan tepuk tangan jika tim Busan mendapat peluang gol, begitu pula saat tim Ansan mendapat peluang. Karena dalam aturan K-League, teriakkan atau yel-yel kepada tim tamu bisa dijadikan barang bukti.
Di jeda babak, suporter Indonesia sempat mengibarkan bendera dan berfoto bersama, namun mereka ditegur oleh petugas. Mereka lalu mengemasinya dan meminta agar bendera Indonesia tidak disita.
Selama jalannya pertandingan, para suporter patuh dengan terus menggunakan masker dan tidak melanggar protokol kesehatan sedikitpun. Dengan fakta-fakta tersebut, petugas pengawas dan keamanan stadion tidak bisa melaporkan kejadian itu dan memimnta K-League untuk menghukum Ansan Greeners karena kehadiran suporternya.
Padahal seperti kita tahu, jika peraturean K-league seperti yang dijelaskan di atas, para suporter Indonesia ini berarti tidak melanggar satu peraturan yang berlaku.