Selain tugas jangka panjang berupa pemetaan sepak bola Indonesia dalam 100 hari pertama, Zwiers langsung dihadapkan pada tantangan besar dalam waktu singkat. Dia akan mendampingi skuad Garuda di laga uji coba melawan Lebanon pada 8 September di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. Ujian awal ini bakal menjadi momentum penting sebelum menghadapi Arab Saudi dan Irak.
Erick menegaskan Zwiers bisa menjadi “otak tambahan” yang bekerja di balik layar. Tugas itu meliputi memberi saran, analisis, hingga solusi cepat yang mungkin tidak sempat dipikirkan tim pelatih dalam situasi genting. Dengan begitu, strategi Timnas Indonesia bisa lebih fleksibel menghadapi tekanan di level Asia.
“Ya, saya rasa tugas pertama dari Technical Director hari ini dalam jangka pendek mendampingi tim nasional senior dulu,” ucap Erick. Harapan itu menunjukkan betapa PSSI ingin Zwiers terlibat langsung dalam proses teknis, bukan hanya mengawasi dari kejauhan.
Tantangan berat memang menunggu. Zwiers harus cepat beradaptasi dengan kultur sepak bola Indonesia yang penuh dinamika sekaligus mampu memberi hasil nyata di ajang internasional. Namun Erick optimistis, rekam jejak dan ketenangan Zwiers akan menjadi senjata rahasia yang membuat Garuda lebih siap menghadapi kualifikasi Piala Dunia 2026.
“Pokoknya kan pengalaman di Timur Tengah, siapa tahu ada bisikan-bisikan yang menyejukkan,” tutup Erick dengan senyum penuh keyakinan. Ucapan itu menjadi simbol bahwa PSSI benar-benar menaruh harapan besar kepada Zwiers untuk menjadi otak strategi rahasia Timnas Indonesia di level tertinggi Asia.