Tak tinggal diam, pemain berusia 20 tahun ini berjuang keras demi bisa pulih cepat. Ia bahkan melakukan MRI hingga tiga kali demi memastikan lututnya bisa kembali normal. Meski belum sepenuhnya sembuh, ia memohon pada pelatih agar diberi kesempatan bermain di final.
“Saya lumayan stres juga. Saya bisa MRI itu sampai tiga kali. Saya cukup frustrasi juga sama lutut saya. Tapi saya bilang ke pelatih, saya mau main, saya pengin bantu tim,” kisah Arkhan penuh emosional.
Arkhan akhirnya diturunkan oleh Vanenburg pada menit ke-81. Meski singkat, ia tetap berusaha memberikan kontribusi maksimal. Namun sayang, gol tunggal dari Nguyen Chong Phuong di menit ke-37 tak mampu dibalas Garuda Muda.
Meski kecewa dengan hasil akhir, perjuangan Arkhan jadi simbol semangat tak kenal menyerah pemain muda Indonesia. Ia menunjukkan bahwa cinta terhadap tim nasional bisa membuat pemain berani menantang rasa sakit.
Dengan kembali menjadi runner-up di Piala AFF U-23, Indonesia harus kembali menunggu momen untuk membalas kekalahan dari Vietnam. Namun, semangat pemain seperti Arkhan Fikri bisa jadi fondasi kuat menghadapi turnamen berikutnya.