Mantan Presiden Inter Milan itu menegaskan, membangun fondasi kuat Timnas Indonesia bukan pekerjaan instans. Terlebih dalam tim kelompok usia seperti U-23 yang butuh banyak jam terbang dan waktu adaptasi. Oleh karena itu, tekanan untuk langsung juara dianggap tidak relevan dalam konteks ini.
"Bukan konsekuensi. Jangan melihat seperti itu. Ini semua proses yang kami perlu waktu. Ini mereka baru (membangun tim). Coach Gerald baru, (Timnas Indonesia) main berapa (laga)? Berapa minggu? Iya kan?" ucap Erick.
Ia juga mengingatkan publik dan pengurus PSSI agar tidak terburu-buru memberikan vonis terhadap proses yang tengah dijalani oleh pelatih dan para pemain muda. Erick menilai bahwa pembangunan tim nasional perlu dilakukan secara bertahap dan terstruktur, termasuk dalam menyiapkan jenjang kepelatihan.
"Kalau kami semua langsung vonis, vonis, vonis. Iya kan? Ya tentu. Kapan kami membangun strata-strata kepelatihan," sambungnya.
Sementara itu, Timnas Indonesia U-23 terakhir kali meraih gelar juara Piala AFF U-23 pada edisi 2019. Saat itu, Garuda Muda sukses menaklukkan Thailand 2-1 di partai final. Laga melawan Vietnam kali ini menjadi momentum bagi skuad muda untuk menegaskan potensi mereka, namun tanpa tekanan berlebihan dari federasi.