“Saya kapten di Arsenal dan selalu merasakan banyak tekanan. Saya memimpin tim ini untuk memenangkan sesuatu. Saya memberikan segalanya. Kadang-kadang setelah kami kalah, saya pulang ke rumah dan menangis,” kata Fabregas kepada Sky Sports.
“Saya menderita dan sering menghabiskan malam tanpa tidur. Jika kami kalah, saya berada di bus dengan hati hancur. Tapi beberapa pemain lainnya tertawa dan berbincang akan pergi kemana setelah ini,” ujarnya.
Pesepak bola berusia 32 tahun itu mengatakan di pengujung kariernya di London, ada dua pemain yang sebenarnya punya ambisi sama dengan dirinya yakni Samir Nasri dan Robin van Persie. Namun itu belum cukup untuk membantunya mengangkat trofi Premier League.
“Terutama dalam dua atau tiga tahun terakhir, saya merasa Robin dan Samir adalah satu-satunya pemain yang peduli dengan tim. Itu bukan arogan. Tapi itu yang saya rasakan. Mereka pemain yang berada di level saya secara mental dan teknis,” tuturnya.
“Melihat perilaku rekan setim yang lain membuat saya terus berpikir. Jika bukan karena hal tersebut, saya tidak akan meninggalkan Arsenal,” ucapnya.
Selama berseragam Arsenal, Fabregas hanya bisa memboyong satu Piala FA dan satu Community Shield. Dia juga sempat membawa Arsenal jadi finalis Liga Champions 2006. Sementara di Barca, ia pernah merasakan gelar juara Liga Spanyol, Piala Raja Spanyol, Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa dan trofi Piala Dunia Antarklub.
Di akhir musim 2013-14, Fabregas meninggalkan Barca dan melanjutkan karier ke Chelsea dan kini membela AS Monaco.