"Jadi kalau kita bicar kurikulum, paling penting ditentukan dulu filosofi, cara bermain kita, kiblat semua pelaku sepak bola. Turunan kurikulum itu perlu modul, saya ingin filosofi itu muncul dari banyak sumber. Filanesia harus muncul dari mantan pemain, apakah benar 4-3-3 paling disenangi dari pemain zaman Andi Lala, sampai Egy (Maulana Vikri, Timnas Indonesia U-23)," kata Indra Sjafri dalam wawancara eksklusif bersama iNews.id, Kamis (14/5/2020).
Saat masih jadi pelatih timnas Indonesia kelompok umur, Indra mengaku pernah coba memperagakan bagaimana membangun permainan yang berakar pada panduan filanesia.
"Cara main Evan Dimas pada (AFF U-19) 2013, itu merupakan contekan dasar dari filanesia tapi gak banyak yang mau nyontek," ujarnya.
Lebih lanjut, menurut Indra nilai-nilai filanesia bisa menyesuaikan dengan perkembangan sepak bola modern. Dia memberi contoh bahwa skema 4-3-3 tidak melulu identik dengan sepak bola menyerang.
"4-3-3 adalah basic formasi, dan itu akan berkembang dalam situasi permainan."
"Saya setuju dalam skema filanesia main dari bawah, dari pinggir, sirkulasi bola naik. Permainan yang terbaik adalah menyerang, tapi bukan maju yaitu saat bola ada kaki kita. Saat bola di kaki lawan, kita defend," ucapnya.