Kedatangan sang striker dikaitkan dengan julukan jenaka “StradiVardy”, terinspirasi dari Stradivarius, mengingat Cremona terkenal sebagai Kota Biola.
Selama di Leicester City, dia menjadi legenda sejati, mencetak gol ke-200 dalam penampilan ke-500 pada laga perpisahan, dan menyempurnakan momen magisnya bersama klub.
Transfer ini bisa menjadi salah satu kisah paling menarik dalam sepak bola Italia—bagaimana seorang striker Inggris berpacu dengan waktunya di Serie A, yang dikenal lebih taktis. Apakah energi dan naluri golnya tetap tajam? Musim ini, Cremonese tak sekadar berharap bertahan, mungkin mereka bercita-cita lebih tinggi.