Namun kemenangan 2-0 Maroko atas Belgia mengubah segalanya. Kemenangan atas Belgia membuat para pemain mental para pemain Maroko melonjak drastis. Hakim Ziyech dan kolega pun tampil kesetanan kala menekuk Kanada dengan skor 2-1.
Alhasil Maroko pun berhasil finis sebagai juara grup dengan perolehan tujuh poin, hasil dua kemenangan dan satu hasil imbang. Benar-benar tidak ada yang menyangka anak asuh Walid Regragui mampu menjadi pemuncak Grup F.
Kejutan tak sampai di situ, Maroko terus tebar pesona di babak gugur. Spanyol pusing tujuh keliling menghadapi pertahanan gerendel Maroko di babak 16 besar.
Maroko pun lolos ke perempat final lewat babak adu penalti. Kiper mereka, Yassine Bounou tampil apik di babak adu tos-tosan, menggagalkan seluruh penalti pemain Spanyol!
Di babak perempat final, giliran Cristiano Ronaldo yang dibuat gigit jari. Tandukan Youssef El-Nesry menjelang berakhirnya babak pertama menjadi pembeda di laga tersebut, Maroko pun menyingkirkan Portugal dan sejarah pun tercipta.
Di laga semifinal, bensin Maroko mulai habis. Mereka takluk 0-2 dari juara bertahan, Prancis. Maroko pun kembali berduel dengan pesaing mereka di babak grup, yakni Kroasia di babak penentuan juara ketiga.
Namun sayang, Maroko kembali takluk dengan skor 1-2. Meski hanya berstatus juara keempat, namun rakyat Maroko patut berbangga dengan pencapaian tim kebanggan mereka.