Conte menyebut musim ini sebagai salah satu kampanye paling luar biasa dalam kariernya. Ia bahkan menyebutnya lebih menantang dibanding saat membawa Juventus atau Inter juara.
Dengan gelar ini, Conte resmi menjadi pelatih kedua dalam sejarah Serie A yang menjuarai liga bersama tiga klub berbeda, menyamai legenda taktik Italia, Fabio Capello. Sebelumnya, ia berjaya bersama Juventus dan Inter, kini Napoli menambah daftar kejayaannya.
“Musim lalu mereka finis ke-10. Ada luka besar. Saya datang untuk membangun ulang segalanya. Meyakinkan pemain untuk bertahan, memulai dari hasil imbang lawan Modena dan kalah telak dari Verona. Lalu kami berdiri di sini sebagai juara? Ini gila.”
Conte absen dari pinggir lapangan pada laga penentuan karena skorsing. Namun atmosfer kemenangan tak terbendung. Setelah peluit akhir dibunyikan, ia langsung turun ke lapangan, memeluk para pemain - terutama Romelu Lukaku, striker andalannya yang telah mencetak 78 gol dan 27 assist di bawah asuhannya sepanjang karier.
Yang paling emosional? Momen ketika Giovanni Di Lorenzo mengangkat trofi Scudetto sebagai kapten Napoli—mengulang sejarah lebih dari tiga dekade lalu ketika Diego Maradona melakukan hal yang sama.
“Ada sesuatu yang spesial di Napoli. Tidak semua klub diciptakan untuk juara. Tapi dua gelar dalam tiga tahun, itu bukan kebetulan,” tutup Conte.
Akan Bertahan? Conte Masih Misterius
Ketika ditanya apakah ia akan melanjutkan proyek musim depan, Conte menjawab diplomatis, “Saya punya hubungan baik dengan Presiden. Kami dua orang pemenang, meski caranya berbeda. Sekarang waktunya menikmati momen ini.”