Selain itu, legenda sepak bola Indonesia berusia 71 tahun itu memiliki ambisi besar untuk bisa mengembalikan kejayaan Timnas Indonesia sebagai Macan Asia.
“Saya harap dengan pembinaan usia dini ini bisa mencetak pemain-pemain yang berkarakter, yang punya skill. Itu masa depan Indonesia nanti,” ujarnya.
“Kita ini bisa, bukan tidak bisa. Kami ingin memberikan anak-anak muda ini mutu sepak bola skill yang baik karena kita tertinggal jauh di Asia. Karena kami dulu berjaya di Asia ini dan mereka belajar dari kami, saya mengharap kembalikan citra itu,” Anjas menjelaskan.
Dalam kesempatan sama, Akmal Marhali selaku sekjen menjelaskan, masalah dasar sepak bola Indonesia ada di pembinaan usia dini. Dijelaskan, Yayasan Andjas Asmara For Indonesia nantinya akan gencar menggelar kompetisi akar rumput untuk usia dini di berbagai daerah dengan rentan usia dari 8 sampai 17 tahun.
“Masalahnya ada di pembinaan usia muda. Jadi yayasan ini di sini akan menggelar sejumlah kegiatan kompetisi bukan cuma turnamen ya, kalau turnamen itu kan one day tournament kadang-kadang gitu. Tapi ini kompetisi-kompetisi usia muda di berbagai daerah. Bicara grassroots itu dari usia berapa? Ya dari usia 8 sampai 17 tahun,” ucapnya.
“Tentunya diharapkan bisa mencetak pemain-pemain muda tadi yang bukan cuma sekedar menang kalah di kompetisi tapi kemudian bisa punya mental yang bagus punya teknik yang bagus,” lanjutnya.
Yayasan Andjas Asmara For Indonesia ini merupakan yayasan swasta. Untuk itu, Akmal berharap bisa melakukan diskusi dengan PSSI guna menyatukan visi misi demi perbaikan sepak bola Indonesia.
Menurutnya, untuk mengembangkan sepak bola usia dini ini tak luput dari pihak swasta. Apalagi, tujuan yayasan ini jelas untuk meningkatkan pembinaan usia dini yang akan membuat kompetisi akar rumput.
“Mungkin nanti kalau kemudian Bang Anjas ketemu dengan PSSI bisa bicara itu semua untuk swasta ikut berkontribusi mensosialisasikan Filanesia,” ucap Akmal.