Ridho kemudian mengungkap kisah unik di balik laga itu. Di babak kedua, ia mengalami kram otot dan sempat meminta pelatih Patrick Kluivert untuk diganti. Namun, pergantian pemain sudah habis.
Tak kehilangan akal, Ridho kemudian meminta Ramadhan Sananta yang biasanya berposisi sebagai striker untuk mengisi perannya sebagai bek tengah.
“Soalnya kalau saya tetap di bek tapi saya mengalami kram, takutnya gak offside dan bahaya buat pertahanan jadi saya bilang seperti itu. Tapi gak tahu Sananta kayaknya gak dengar, dan dia sama-sama menyerang sama saya,” kenang Ridho.
Ridho tertawa mengenang momen itu—sebuah adegan langka di mana penyerang dan bek justru maju bersama ke depan dalam situasi krusial.
“Jadi foto ini menggambarkan saya sangat bersyukur atas kemenangan dan bersyukur diberi kesempatan bermain untuk timnas Indonesia,” sambungnya lagi.
Tak hanya mengenang laga tersebut, Ridho juga berbagi nostalgia semasa kecil ketika dirinya hanya bisa menyaksikan para legenda Timnas Indonesia lewat televisi. Kini, ia bangga menjadi bagian dari perjalanan panjang skuad Garuda.
“Banyak kenangan, menginspirasi dan ada satu dua momen juga di saat saya masih lihat TV di rumah. Ketika momen Irfan Bachdim dan El Loco Gonzales. Saya masih nonton di rumah dan saya beli juga jersey KW-nya Irfan Bachdim,” tutur mantan pemain Persebaya Surabaya ini.
Ridho pun menambahkan bahwa selebrasi para pemain dulu sempat menginspirasinya.
“Mungkin waktu itu selebrasi yang seperti ini (gestur selebrasi) dan itu yang terkenal, sampai sekarang saya masih ingat,” pungkasnya.