MOSKOW, iNews.id – Pesepak bola legendaris Argentina Diego Armando Maradona adalah sosok idola yang kontroversial. Oleh orang Argentina dan sebagian penduduk Bumi lainnya, dia dipuja bagai dewa atas pesonanya membawa tim Tango juara Piala Dunia 1986.
Namun, kehidupannya yang berlebihan dan perilaku buruk telah memecah pandangan publik terhadapnya. Bukan lagi memuji, melainkan mencibir.
Foto mantan bintang Napoli berusia 57 tahun itu terpajang pada banyak berita utama di Rusia karena ulahnya tertangkap kamera mengacungkan dua jari tengah ke arah fans saat Argentina menang 2-1 atas Nigeria dalam laga terakhir mereka di fase grup Piala Dunia 2018.
“Dia pikir cinta yang begitu besar pada dirinya membuat publik akan melihat ke arah lain saat dia berperilaku buruk,” kata pengusaha berusia 55 tahun, Bruno Sollner, dikutip AFP.
Pria 56 tahun, Daniel Carballo, setuju bahwa Maradona bukan contoh yang baik. “Paling tidak untuk saya dan sebagian besar teman-teman saya dan keluarga saya, tidak dia bukan contoh. Ada hal-hal yang tidak bisa diterima, tapi yah, dia seperti itu, ujar Carballo.
Orang Amerika Selatan lainnya cenderung menganggap orang Argentina sombong, dan keangkuhan Maradona memengaruhi performa buruk tim Tango di Rusia. “Dia sombong, dia keluar dari kendali karena kesombongan,” kata Sollner.
Maradona mendapat pujian atas golnya melawan Inggris di Piala Dunia 1986, gol kedua yang dicetak dengan tangannya. Dia menyebutnya sebagai “Tangan Tuhan”. Kemudian, satu gol lainnya setelah dia melewati lima pemain Inggris juga masih terus dikenang.
Di Buenos Aires di hari kemenangan itu tercipta, Maradona menjadi dewa. Hampir seolah-olah dia telah membalas kekalahan menyakitkan Argentina dalam Perang Falklands melawan Inggris empat tahun sebelumnya.
Alhasil, pesonanya di laga itu membuat Maradona terus jadi idola meski dia bersikap kurang sopan, tak karismatik dan provokatif. Bahkan generasi yang terlalu muda untuk melihatnya bermain, ikutan memujanya.
Paula Garcia Paz yang kini berprofesi sebagai guru, masih berusia enam tahun ketika Maradona mengangkat Piala Dunia pada 1986.
“Saya tidak akan pernah melupakannya, gol melawan Inggris itu adalah sesuatu yang sangat mengesankan bagi Argentina,” katanya.
“Kami mencintainya karena dia telah membela timnas dengan sekuat tenang, karena di lapangan dia tidak pernah menyerah, dan Anda dapat melihat betapa kekalahan menyakitinya. Itu pengabdian untuk penggemar sepak bola, dan sangat penting,” ucap Sollner.