BELAKANGAN muncul komentar yang menyebut Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong sangat dimanjakan PSSI. Salahkah federasi sepak bola di Tanah Air melakukan hal tersebut?
Ketua Umum PSSI Erick Thohir baru saja memperpanjang kontrak Shin Tae-yong (STY) hingga 2027. Dia berhasil memenuhi dua target yang dibebankan, yakni membawa Timnas Indonesia senior lolos ke 16 besar Piala Asia 2023, dan mengantar Timnas Indonesia U-23 melaju ke perempat final Piala Asia U-23 2024.
Harus diakui, PSSI begitu memanjakan STY. Hampir segala permintaan pelatih asal Korea Selatan itu selalu dikabulkan PSSI.
Di antara permintaan STY yang dikabulkan PSSI adalah menggelar pemusatan latihan (TC) di luar negeri. Meski harus mengeluarkan biaya besar, terbukti PSSI tetap memenuhi permintaan sang arsitek itu. Tercatat, STY pernah membawa pasukannya, mulai dari Timnas senior hingga U-19 pernah melakoni TC di luar negeri, seperti di Turki, Dubai, Spanyol dan negara-negara lain.
Selain itu, PSSI juga selalu mengusahakan untuk mengejar pemain-pemain keturunan yang diminta STY. Tercatat, di eranya, PSSI merekrut sebelas pemain keturunan dan naturalisasi seperti Elkan Baggott, Jordi Amat, Justin Hubner, Shayne Pattynama, Sandy Walsh, Rafael Struick, Ivar Jenner, Jay Idzes, Thom Haye, Nathan Tjoe-A-On, dan Ragnar Oratmangoen.
Cukup? Belum! Rencananya PSSI akan kembali menaturalisasi beberapa pemain lain, seperti Marteen Paes, Calvin Verdonk, dan mungkin juga kiper Inter Milan, Emil Audero.
Belakangan, PSSI juga berhasil mengumpulkan nyaris semua pemain yang diinginkan STY untuk tampil di Piala Asia U-23 2024. Terkini, federasi juga berhasil melobi SC Heerenveen untuk kembali melepas Nathan Tjoe-A-On setelah sang pemain sempat kembali ke klubnya itu.
Lalu, salahkah PSSI memanjakan STY?
Apa yang dilakukan PSSI sudah sangat tepat. Memang sudah seharusnya setiap pelatih Timnas Indonesia mulai dari senior hingga U-16 mendapat dukungan maksimal dari pemangku organisasi.
Hasilnya bisa dilihat, STY berhasil mendongkrak performa Timnas Indonesia. Yang paling gampang dilihat, di eranya ranking FIFA Tim Garuda melesat tinggi dari 175 hingga kini berada di peringkat 134 dunia.