Di sisi lain, Liverpool mencetak dua gol melalui Dietman Hamann dan Djibril Cisse. Milan membalasnya berkat tendangan Jon Dahl Tomasson dan Ricardo Kaka.
Wakil Italia sempat mendapat asa ketika sepakan John Arne Riise gagal berbuah gol. Tapi Smicer yang jadi algojo keempat kembali membuat Liverpool berada di atas angin.
Nasib Milan kemudian ditentukan Andriy Shevchenko. Jika tendangannya masuk, timnya masih punya harapan. Tapi jika tidak, maka Liverpool yang dipastikan keluar sebagai pemenang.
Pada saat inilah, keajaiban menaungi The Reds. Tendangan Shevchenko mampu ditepis Dudek. Tangis Milanisti pecah sebab trofi yang sudah terlihat di depan mata direbut oleh pihak lawan.
Hampir semua pemain Milan mengaku tak bisa tidur pascakekalahan menyakitkan itu. Tapi Carlo Ancelotti mengungkapkan, itu penampilan terbaik skuatnya di final Liga Champions. Bahkan performa mereka di Istanbul lebih hebat dibanding saat juara di Manchester 2003 dan Athena 2007.
“Tim 2007 secara teknis lebih rendah daripada tim 2005 yang sejauh ini tetap menjadi tim dengan kinerja terbaik di final. Tim 2005 juga lebih baik dari pada 2003. Pada 2007, kami memiliki motivasi luar biasa. Kami memenangkannya melalui motivasi daripada kualitas.” kata Ancelotti dilansir Football Italia.
“Saya menyaksikan final 2005 di Istanbul 10 tahun setelahnya. Kami bermain sangat baik di waktu tambahan. Jamie Carragher (bek Liverpool) mengatakan kepada saya mereka tidak tahan lagi menghadapi kami. Mereka ingin segera mencapai penalti,” ujarnya.