Adhitia menambahkan, pihaknya selalu berusaha mencari solusi setiap kali berdiskusi dengan aparat keamanan.
“Dan setiap kali rapat dengan pihak keamanan, kami selalu minta, pertama, bisa tidak kalau tidak ada penukaran tiket. Kalau tidak bisa, kami minta, boleh tidak penukarannya sedekat mungkin dengan stadion. Kalau tetap tidak bisa, kami cari tahu bisa sedekat apa,” katanya.
Sebagai langkah awal, manajemen mencoba mendorong agar area tribun barat tidak perlu melakukan penukaran tiket. Alasannya, kapasitas tribun barat lebih kecil dibanding timur, utara, maupun selatan sehingga lebih mudah dikendalikan.
“Di pertandingan terdekat melawan Borneo, kami mau coba di tribun barat tanpa penukaran. Kita lihat dulu hasilnya, aman atau tidak. Kalau aman, nanti bertahap ke tribun timur, utara, dan selatan. Prinsipnya trial and error,” beber Adhitia.
Meski demikian, rencana tersebut belum bisa diterapkan tanpa persetujuan dari pihak keamanan. Saat ini, manajemen Persib bersama kepolisian tengah menyusun SOP dan mitigasi risiko agar sistem baru ini berjalan lancar.
“Kami juga berharap Bobotoh bisa bekerja sama. Kalau nanti memang sudah tidak ada penukaran e-ticket, ya harus dijaga ketertibannya. Jangan coba-coba melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan kepanikan atau kericuhan dalam proses masuk ke stadion,” tegasnya.
Adhitia menilai, kedewasaan Bobotoh memegang peran penting dalam perubahan ini. “Kalau Bobotoh sudah siap secara kedewasaan, sebenarnya tanpa face recognition pun bisa. Harapan kami, mulai musim ini kami sudah bisa tanpa penukaran e-ticket,” pungkasnya.