Djunaidy dan punggawa Timnas yang lain berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Myanmar dengan skor 1-0. Karir Djunaidy bersama Timnas kemudian cemerlang dan berhasil mempersembahkan banyak trofi di tahun-tahun berikutnya.
Pengalaman paling berkesan yang pernah tercatat terjadi pada tahun 1975. Ketika mengikuti Pelatnas jangka panjang, Timnas Indonesia saat itu dilatih oleh Wiel Coerver.
Saat itulah Djunaidy semakin mendapatkan banyak ilmu dari mentornya tersebut dan membuat kemampuan dalam mengolah bola meningkat pesat.
Djunaidy dan kawan-kawan kemudian sempat berkesempatan melawan tim-tim Eropa, seperti Ajax Amsterdam dan Manchester United. Penampilan apik Djunaidy di atas lapangan hijau sangat impresif dan membuat Wiel Coerver terkesan.
"Djunaidy diberikan kesempatan melawan tim-tim Eropa, seperti Ajax Amsterdam dan Manchester United, hingga ditawari bermain untuk klub Eropa," tulis PSSI di laman resminya.
Sang pelatih kemudian menawarkan kesempatan baginya untuk bermain di klub Belanda, Go Ahead Eagles. Ketika itu, klub tersebut memang dengan naik dan dan merajai persepakbolaan Eropa.
Namun karena beberapa isu yang terjadi di pada tersebut, kepindahannya ke klub belanda itu batal terealisasi. Meski tidak merumput di Eropa, karirnya Djunaidy tetap cemerlang di klub domestik.
Hal itu dibuktikan Djunaidy ketika berhasil memberikan Piala Perserikatan bersama Persija dan Persebaya. Setelah gantung sepatu, Djunaidy diketahui sempat bekerja di Pertamina. Meski begitu, dia masih tetap aktif mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia.