Spanduk tersebut mengangkat isu krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza. Blokade Israel yang hampir berlangsung tiga bulan telah membuat lebih dari dua juta penduduk Gaza berada di ambang kelaparan.
Meski beberapa bantuan kemanusiaan mulai diperbolehkan masuk, lembaga-lembaga bantuan menyatakan jumlahnya masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan dasar warga.
Insiden ini menyoroti hubungan kompleks antara olahraga dan aktivisme politik. UEFA berusaha menjaga netralitas dalam pertandingan, namun penggemar dan pemain sering menggunakan platform sepak bola untuk menyuarakan isu sosial dan kemanusiaan.
Aksi suporter PSG ini menjadi contoh nyata bagaimana stadion bisa menjadi panggung untuk menyampaikan pesan penting di luar dunia olahraga.
Selain potensi denda, PSG menghadapi sorotan terkait kebebasan berekspresi dalam olahraga. Kasus ini juga membuka diskusi tentang bagaimana organisasi olahraga internasional harus menyeimbangkan netralitas dengan kenyataan konflik global yang memengaruhi banyak pihak.
Terlepas dari itu, spanduk “Hentikan genosida di Gaza” yang muncul di final Liga Champions bukan sekadar protes, melainkan seruan mendesak untuk perhatian dunia terhadap krisis kemanusiaan yang sedang terjadi.
Suporter PSG memanfaatkan momen besar ini untuk menyuarakan harapan akan perdamaian dan keadilan. Di tengah sorotan global, olahraga kembali menjadi medium penting untuk perubahan sosial.