Menjelang akhir lomba, tantangan berat datang bagi Fernandez. Ban motornya mulai aus, membuat grip berkurang drastis. Di momen krusial itu, dia hanya fokus menjaga kestabilan motor sambil berusaha mempertahankan posisi terdepan dari tekanan lawan di belakangnya.
“Tiga, empat lap terakhir, ban saya jatuh cukup dalam dan saya berusaha keras untuk bertahan. Tapi yang lebih sulit adalah saya menangis di balik helm sepanjang lap terakhir, karena saya tidak pernah menyangka hari itu adalah hari yang tepat untuk meraih kemenangan,” ujarnya penuh emosi.
Tangisan bahagia Fernandez di balik helm menjadi simbol perjuangan panjangnya sejak debut di MotoGP. Setelah bertahun-tahun berjuang di tengah persaingan ketat, pembalap berusia 24 tahun itu akhirnya bisa merasakan momen tertingginya di panggung dunia.
Kemenangan di Phillip Island juga menjadi bukti kemajuan besar yang dicapai Trackhouse Aprilia musim ini. Tim satelit tersebut menunjukkan kemampuan bersaing di level tertinggi dan memberi warna baru di antara dominasi tim-tim besar.
Bagi Fernandez, kemenangan ini bukan hanya soal podium, tetapi juga bukti bahwa kerja keras dan keyakinan mampu mengubah mimpi menjadi kenyataan. Dengan performa impresif di Australia, dia kini resmi menempatkan namanya di jajaran pembalap elite MotoGP musim 2025.