Usai dicukur Irak, cobaan yang harus dilalui Timnas Indonesia tak sampai di situ. Asnawi Mangkualam dan kolega harus transit selama enam jam di Dubai.
Belum lagi, mereka harus berangkat pagi-pagi buta untuk mengejar jadwal penerbangan. Membawa pulang satu poin sudah menjadi hal yang amat realistis.
“Kita dari Irak itu langsung ke Filipina itu transit saja enam jam bayangin coba. Jadi kita dari berangkat pagi ketemunya itu pagi lagi gitu. Kita berangkat pagi bangun jam 5:00 waktu Irak terbang ke Dubai terus kita transit enam jam dari sana, kita terbang ke Filipina, Manila,” tutur Sumardji.
Lamanya waktu perjalanan membuat skuad Timnas Indonesia tidak punya cukup waktu untuk latihan persiapan. Dijelaskan Sumardji, latihan ideal Timnas Indonesia di Manilla hanya berlangsung dua hari.
Ditambah lagi saat hari pertandingan, kualitas lapangan Rizal Memorial Stadium, Manilla jauh dari kata layak. Sumardji menyebut sebanyak 10 pemain Timnas Indonesia mengalami luka lecet di kaki mereka usai bertanding.
“Yang kedua kaitannya dengan lawan Filipina, kalau dari mata saya melihat dan hati saya, satu kondisi lapangan itu ngelus dada gitu. Kondisi lapangan aduh ya kalau menurut saya mohon maaf enggak layak gitu,” ucap Sumardji.
“Oke enggak apa-apa sintetis. Yang kedua, lapangannya licin, itu. Sudah licin, gampang jatuh, kalau jatuh, luka juga. Saya itu sampai kasihan. Baru kali itu saya melihat pemain bola 11 dimainkan hanya satu yang tidak luka, kiper saja. Yang 10 semuanya luka,” tandasnya.