Perbaikan ini tidak akan terjadi secara otomatis melainkan sebagai solusi “fingers on keyboards”. Peneliti Kevin Beaumont mengatakan, karena tidak lagi dapat dijalankan, sistem yang terkena dampak harus dimulai dalam Safe Mode untuk menghapus pembaruan yang salah.
“Ini sangat memakan waktu dan memerlukan waktu berhari-hari bagi organisasi untuk melakukannya dalam skala besar," tuturnya sebagaimana dikutip dari saudigazette, Sabtu (20/7/2024).
Staf teknis harus melakukan boot ulang pada setiap komputer yang terkena dampaknya, dan ini bisa menjadi tugas yang sangat berat.
Crowdstrike adalah salah satu merek terbesar dan tepercaya dalam keamanan siber. Perusahaan memiliki sekitar 24.000 pelanggan di seluruh dunia dan berpotensi melindungi ratusan ribu komputer.