Sel saraf ini berada dalam jaringan longgar yang disebut jaring saraf yang tersebar di seluruh tubuh mereka yang lengket, dan membantu merasakan lingkungan, mendeteksi perubahan suhu, cahaya, dan sentuhan fisik.
Hewan dengan sistem saraf sederhana seperti ubur-ubur kotak dianggap mampu melakukan bentuk pembelajaran paling dasar, seperti pembiasaan di mana hewan terbiasa dengan perubahan kondisi, seperti kebisingan.
Pembelajaran yang lebih kompleks seperti mengubah perilaku sebagai respons terhadap pengalaman masa lalu sebelumnya dianggap jauh melampaui kemampuan hewan-hewan ini.
Dalam mengungkap fakta ini, ilmiwan bereksperimen menggunakan tangki bundar yang dilapisi dengan jeruji untuk meniru habitat ubir-ubur yang penuh ringtangan nan sulit.
Awalnya, ubur-ubur itu menabrak jeruji tetapi dalam jangka waktu percobaan 7,5 menit, mereka mampu mengurangi jumlah tabrakan sebesar 50 persen. Mereka pun mulai menjauh dari jeruji dan berputar menjauhi rintangan.
Ilmuwan semua mengira hewan yang sangat sederhana ini akan terus menghadapi rintangan yang sama, tapi rupanya ubur-ubur dapat belajar dari pengalamannya, rangsangan visual, dan mekanis.
"Kita dapat melihat setiap perburuan dimulai, ubur-ubur kotak belajar dari perbedaan yang ada dengan menggabungkan kesan visual dan sensasi selama manuver mengelak yang gagal," kata ahli neurobiologi Anders Garm.