“Salah satu negara yang telah mencanangkan penggunaan blockchain untuk efisiensi pelayanan publik adalah Dubai dengan program smart city-nya,” ungkap Istamar.
Untuk diketahui, teknologi blockchain dilahirkan sebagai respons atas kekhawatiran sejumlah pihak terhadap cara kerja software yang terpusat (tersentralisasi). Teknologi blockchain lahir pada 2009 bersamaan dengan munculnya Bitcoin. Prinsipnya, blockchain adalah basis data global online yang bisa dipakai siapa pun di dunia yang terkoneksi internet.
Istamar menjelaskan, dalam adopsi internet of things (loT) yang semakin meningkat, blockchain akan memungkinkan perangkat otonom bernegosiasi dan saling berkomunikasi langsung. Misalnya, pesawat nirawak yang menegosiasikan penggunaan ruang udara. Contoh lain, mobil kemudi mandiri yang mencari sendiri jalur jalan, tempat parkir atau penggunaan jalan.
“Dalam blockchain kadaster (kepemilikan tanah) memungkinkan kepemilikan terdaftar pada blockchain, dapat diverifikasi langsung oleh penjual dan pembeli tanpa melalui proses administratif yang panjang,” jelas Istamar.
Menurutnya, adopsi teknologi blockchains berkembang pesat dan akan sangat bijak bagi pelaku usaha untuk tetap mengikuti perkembangan teknologi yang unik ini.
Untuk diketahui, PT Esri Indonesia sebagai narasumber pemateri adalah perusahaan software sistem informasi geografi internasional, GIS berbasis web, Big Data dan manajemen geodatabase. Pusat Esri berada di kota Redlands, California, Amerika Serikat (AS). Produk Esri memiliki pasar 40,7 persen. Tahun 2014 Esri menguasai 43 persen pasar perangkat lunak GIS di seluruh dunia.
Adapun konferensi blockchain ini diadakan oleh Knowledge Hut, perusahaan yang bergerak di bidang pemberdayaan kemampuan tenaga profesional yang memiliki kantor di AS, Australia, Inggris, Singapura, Kanada, Selandia Baru, dan India.