Hipotesis tersebut menunjukkan ada rintangan yang tidak dapat diatasi dalam garis waktu evolusi peradaban yang mencegah mereka berkembang menjadi entitas penjelajah luar angkasa, sebagaimana dikutip dari Space.com. Di sinilah banyak peradaban bisa goyah, dengan kemajuan yang jauh lebih pesat dari AI dibandingkan kemampuan manusia untuk mengendalikannya atau mengeksplorasi Tata Surya secara berkelanjutan.
Tantangan AI, dan khususnya ASI, terletak pada sifat AI yang otonom, dapat memperkuat diri, dan meningkatkan kemampuan. Dia memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuannya dengan kecepatan yang melampaui garis waktu evolusi kita tanpa AI.
Potensi terjadinya kesalahan sangat besar, sehingga menyebabkan kehancuran peradaban biologis dan AI sebelum mereka sempat menjadi multiplanet.
Misalnya, jika negara-negara semakin bergantung dan menyerahkan kekuasaan pada sistem AI otonom yang bersaing satu sama lain, maka kemampuan militer dapat digunakan membunuh dan menghancurkan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini berpotensi menyebabkan kehancuran seluruh peradaban kita, termasuk sistem AI itu sendiri.
Penelitian ini bukan sekedar kisah peringatan akan potensi malapetaka. Ini menjadi seruan bagi umat manusia membangun kerangka peraturan yang kuat demi memandu pengembangan AI, termasuk sistem militer.