“Pabrik ini bukan hanya pencapaian teknis. Ini adalah model yang dapat direplikasi di kawasan lain, membantu mitra global mewujudkan transformasi rendah karbon,” ujar General Manager MBT Chiller Product Company, Luo Mingwen dalam keterangan persnya, Jumat (3/10/2025).
Sebagai pabrik chiller pertama di dunia yang sepenuhnya digerakkan AI, MBT mendapat pengakuan dari World Economic Forum dan McKinsey pada 2024. Capaian ini menjadikannya simbol bagaimana teknologi sains mutakhir dapat berpadu dengan komitmen lingkungan.
Keberhasilan Chongqing membuka jalan bagi MBT memperluas jejaknya ke Asia Tenggara. Menurut Taufiq Lee, General Manager MBT Asia-Pasifik, tantangan terbesar ada pada digitalisasi rantai pasok dan keterbatasan tenaga kerja terampil. Namun, pengalaman di Thailand telah menjadi bekal penting untuk melangkah lebih jauh.
"Kini, solusi MBT sudah dipakai di bandara besar Thailand, gedung di Singapura, hingga pabrik manufaktur di Vietnam. Teknologi ini terbukti membantu menghemat energi, menekan biaya operasional, sekaligus mengurangi emisi karbon," katanya.
Kekuatan MBT terletak pada kolaborasi lintas sektor. Pusat riset dan pelatihan di Indonesia, Vietnam, dan Singapura pun melahirkan inovasi yang sesuai dengan iklim tropis serta menyiapkan tenaga profesional di bidang energi hijau.
Salah satu inovasi terbarunya adalah Magboost Apex, generasi kedua chiller sentrifugal berbantalan magnet. Teknologi presisi levitasi hingga 0,5 mikrometer—sekitar 1/200 ketebalan rambut manusia—mampu menekan konsumsi energi hingga 25 persen dibanding unit konvensional. Dampaknya adalah penghematan jutaan kWh listrik per tahun dan berkurangnya jejak karbon secara signifikan.
“MBT ingin mengadaptasi pengalaman sukses di Chongqing dan Thailand ke lebih banyak negara dan wilayah di Asia-Pasifik,” ujar Taufiq Lee.
Pabrik MBT di Chongqing menjadi bukti bahwa sains, AI, dan komitmen hijau bukan lagi mimpi masa depan, melainkan inovasi nyata yang sudah berjalan hari ini.