Gempa megathrust ini terjadi karena adanya zona sumber gempa potensial yang belum mengalami gempa besar dalam puluhan hingga ratusan tahun terakhir, yang dikenal sebagai zona 'Seismic Gap'.
”Seismic Gap' Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Siberut (M8,9). Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," kata Daryono dalam keterangannya, Senin 12 Agustus 2024.
Selain itu, lanjut Daryono, Megathrust Mentawai-Siberut memiliki potensi untuk memicu gempa besar di masa depan dan telah menimbulkan beberapa bencana sejak tahun 1994.
Di wilayah Sumatera, megathrust ini pernah menyebabkan gempa berkekuatan M 8,5 di Nias pada 1994, M 7,9 di Lampung-Bengkulu pada 2000, M 9,3 di Aceh pada 2004, dan M 8,7 di Bengkulu.
Megathrust Mentawai-Siberut juga pernah menyebabkan gempa berkekuatan M 7,3 di Kepulauan Mentawai pada Selasa, 25 April 2023, pukul 03.00 WIB.
Saat itu, Daryono mengatakan bahwa gempa tersebut merupakan bagian dari rangkaian gempa yang telah diprediksi oleh para ilmuwan.