JAKARTA, iNews.id - Sebagian besar orang mungkin belum mengetahui perbedaan DNA dan RNA. Bahkan, kedua istilah tersebut tampaknya masih terasa asing bagi orang awam.
Pada dasarnya, DNA maupun RNA merupakan molekul asam nukleat yang sama-sama berperan membawa informasi genetik pada makhluk hidup. Namun, keduanya sudah pasti berbeda baik secara definisi, bentuk fungsi, struktur, komposisi, hingga perambatannya.
Mengutip sejumlah laman kesehatan resmi, DNA atau Deoxyribonucleic acid alias asam deoksiribonukleat adalah molekul yang membawa informasi genetik untuk perkembangan suatu organisme (makhluk hidup).
Sedangkan RNA atau Ribonucleic acid alias asam ribonukleat sejatinya mirip dengan DNA, serta sama-sama membawa informasi genetik pada makhluk hidup. Hanya saja, RNA beruntai tunggal dan tidak memiliki pasangan seperti DNA.
Perbedaan DNA dan RNA dilihat dari lokasinya. Sebagian besar DNA terletak di inti sel (nukleus). Di dalam inti sel tersebut, DNA tersusun menjadi struktur padat yang disebut sebagai kromosom.
Sementara itu, sebagian kecil DNA juga dapat ditemukan di mitokondria. Organ sel ini mengambang bebas pada cairan sitoplasma yang mengelilingi nukleus.
Sedangkan RNA dalam sel dapat ditemukan di lokasi yang berbeda, tergantung pada jenisnya. Rantai genetik ini bisa berada di nukleus, sitoplasma, atau ribosom.
Perbedaan antara DNA dan RNA juga terlihat dari strukturnya. Struktur DNA adalah heliks ganda bentuk -B, yakni dua buah molekul berantai yang terdiri atas rantai panjang nukleotida.
Sebaliknya, struktur RNA pada umumnya berbentuk heliks tunggal bentuk -A dan terdiri dari rantai nukleotida yang lebih pendek.
Nukleotida adalah struktur pembentuk DNA dan RNA yang cukup penting untuk perkembangan sel di tubuh manusia dan penggantian jaringan yang rusak.
Selanjutnya, yang membedakan DNA dan RNA adalah kandungan gulanya. DNA mengandung gula deoxyribose (deoksiribosa), sedangkan RNA mengandung gula ribose (ribosa). Satu-satunya perbedaan DNA dan RNA ini terletak pada gugusnya.
Ribosa memiliki satu gugus -OH yang lebih banyak daripada deoksiribosa. Ini membuat RNA lebih tidak stabil dalam basa, sebab ribosa lebih reaktif dibandingkan deoksiribosa.
Perbedaan DNA dan RNA yang lain juga bisa dilihat dari komposisi pasangan basa nitrogen yang dikandungnya. DNA mempunyai empat basa, yakni guanin (G), sitosin (C), adenin (A), dan timin (T). Dalam struktur heliks ganda, basa akan saling membentuk pasangan, yakni GC (guanin-sitosin) dan AT (adenin-timin).
Sedangkan, RNA pada dasarnya juga memiliki susunan basa yang hampir sama. Tetapi, basa keempat atau timin (T) digantikan dengan urasil (U). Urasil berbeda dari timin karena tidak memiliki gugus metil pada cincinnya.
DNA bisa memperbanyak diri (replikasi) dengan bantuan enzim polimerase DNA. Ini menjadi salah satu keunikan tersendiri dari DNA.
Sedangkan RNA tidak bisa melakukan proses replikasi. Namun, menyalin informasi genetik DNA ke dalam bentuk RNA (transkripsi). Hal ini dilakukan dengan bantuan enzim polimerase RNA .
Inilah yang menjadikan RNA sebagai pembawa informasi genetik, karena RNA tak ubahnya sebagai salinan DNA yang dibentuk dari sel tubuh manusia atau makhluk hidup lainnya.
Perbedaan berikutnya adalah pada kemampuan untuk mengalami reaksi. Ini berkaitan dengan sifat pengaktifan kembali (reaktivasi) molekul pembentuknya.
Ikatan CH pada DNA memungkinkan strukturnya cukup stabil terhadap enzim yang menyerangnya. Alur kecil pada heliks berfungsi melindungi agar enzim tidak mudah menempel.
Sebaliknya, ikatan OH pada RNA membuat molekul lebih reaktif. RNA menjadi tidak stabil dalam basa dan alurnya yang besar akan membuatnya lebih rentan pada serangan enzim.