Namun, meskipun K2-18 b memiliki lautan, tidak ada jaminan bahwa lautan tersebut cocok untuk kehidupan. Mungkin terlalu panas untuk mendukung kehidupan atau kekurangan nutrisi dan bahan kimia yang dibutuhkan untuk memicu kehidupan, dihimpun dari Live Science, Minggu (17/9/2023).
Para peneliti juga mendeteksi apa yang mereka yakini sebagai jejak dimetil sulfida (DMS), bahan kimia berbau busuk yang hanya diketahui dihasilkan oleh kehidupan mikroskopis di lautan bumi. DMS terutama dipancarkan oleh fitoplankton, atau alga fotosintetik, di lautan Bumi.
Dia terbuat dari belerang, karbon, dan hidrogen dan merupakan bentuk organik belerang yang paling melimpah di atmosfer bumi, sehingga menjadikannya salah satu tanda biologis utama, atau tanda-tanda kehidupan biologis, kemungkinan alien.
Meski demikian, menurut para peneliti, bukti DMS memerlukan validasi lebih lanjut. Mereka juga mengungkap bahwa ada kemungkinan juga bahwa beberapa proses geologi yang tidak diketahui dapat menghasilkan bahan kimia dan bukan kehidupan biologis.
Para peneliti berencana menggunakan JWST untuk melihat kembali K2-18 b di masa depan untuk melihat apakah teleskop dapat menemukan lebih banyak bukti adanya kehidupan di luar bumi di planet ekstrasurya. Jika hal ini terjadi, ini akan mengubah pemahaman kita tentang tempat kita di alam semesta.