Thresia berharap para partisipan dapat mengeksekusi segala pengetahuan yang diperoleh di Pintu Incubator ini ke dalam bisnis, khususnya dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat di pasar global untuk membuktikan, brand lokal Tanah Air mampu bersaing dalam industri fashion berskala internasional.
Adapun empat partisipan Pintu Incubator 2.0 yang lolos kurasi tahap ke-2 adalah Parapohon, Apakabar, Tenun Imam dan Tenun Lurik Rachmad.
Soegianto Nagaria selaku chairman JF3 mengungkapkan rasa bangga atas telah terpilihnya partisipan Pintu Incubator untuk mengikuti Paris Trade Show. Dia menjelaskan, setelah melalui lebih dari 45 sesi mentoring selama 3 bulan, dia sangat mengapresiasi antusiasme dan komitmen yang telah dijalankan oleh seluruh partisipan hingga tahap ini.
"Program ini bukanlah ajang kompetisi, untuk berkembang diperlukan proses dengan waktu yang berbeda-beda untuk setiap brandbrand," kata Soegianto.
“Selama penyelenggaraan JF3, sejak tahun 2004 hingga sekarang, kami tidak pernah luput untuk melibatkan dan mendukung pelaku UMKM lokal, kami tumbuh dan berkembang bersama. Hari ini kami merasa bangga, karena pada akhirnya misi kami untuk mengangkat para pelaku UMKM Indonesia agar dapat berbicara di tatanan global dapat terwujud dengan nyata. Kami ucapkan selamat dan semoga hal ini dapat memberikan manfaat pada industri fashion Tanah Air, " kata Soegianto.
Pintu Incubator dalam pelaksanaan kegiatannya banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengatakan, program Pintu Incubator ini merupakan terobosan yang sangat baik. Karena para kreatif muda di Indonesia cukup banyak dan sudah mulai banyak brand yang produknya bagus tapi kita ingin mereka berkembang dan terhubung dengan ekosistem global, sehingga bisa masuk dan eksis di pasar global.
"Apalagi kita punya kekayaan budaya luar biasa yang bisa menjadi basis industri fashion masuk ke pasar dunia.”
"Program ini harus berkelanjutan. Nanti kita sinergikan dengan program pemerintah. Kita sudah ada talent muda. Termasuk kita punya kain tradisional yang bisa dikembangkan ke pasar global, sesuai dengan kebutuhan global. Kita ada tenun, songket, dan lainnya," kata Teten.
Teten menambahkan, misinya dari Pintu Incubator sudah sesuai dengan misi global. Ini bisa ditiru sektor lain. Pintu Incubator ini yang pertama di Indonesia.
"Fashion Indonesia harus kita sesuaikan dengan selera global. Kita punya kain tradisional. Kalau mau masuk ke pasar global harus masuk ke selera market. Kita harus terus ikuti selera market. Beberapa waktu lalu brand besar gunakan tenun. Ternyata mereka bisa gunakan tenun Bali diterima di pasar global. Ini yang harus dikembangkan," katanya.