Dia menambahkan, satu langkah konkrit yang sudah Kemenparekraf lakukan untuk mewujudkan konsep pengembangan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan ini adalah dengan program carbon footprint calculator dan carbon offsetting yang sudah diluncurkan pada Januari 2022.
Program tersebut adalah hasil kolaborasi antara kemenparekraf dengan Jejak.in, melakukan perhitungan emisi yang dihasilkan dari perjalanan wisatawan, baik dari penggunaan listrik, bahan bakar transportasi, dan lain sebagainya.
Untuk program offsetting yaitu menanam pohon bagi wisatawan untuk memitigasi jejak karbon hasil dari perjalanan mereka. Inovasi ini didukung KLHK karena bertujuan untuk melestarikan lingkungan hidup dan mengembangkan hutan kota.
"Kami yakin program carbon footprint calculator dan carbon offsetting ini adalah salah satu cara dalam mengatasi perubahan iklim yang diakibatkan kegiatan pariwisata dan dengan adanya program ini, meningkatkan reputasi dan kepercayaan publik kepada sektor pariwisata Indonesia, sehingga dapat mendukung percepatan pemulihan sektor pariwisata pasca pandemi," ujar Angela.
Sebagai sektor yang bergantung pada keindahan alam, Angela mengatakan, marilah semua menjaganya. "Semakin lestari, maka semakin memajukan sektor pariwisata dan menyejahterakan masyarakat," katanya.
Untuk mewujudkan hal ini, Kemenparekraf perlu konsisten dalam memberikan pengertian kepada semua yang terlibat, termasuk pekerja pariwisata, para pengusaha, pemerintah daerah, media, dan tentunya wisatawan.
"Nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata, selain untuk menyejahterakan masyarakat dan ekonomi daerah, perlu juga dimanfaatkan kembali untuk pelestarian alam," tuturnya.