Sejak gedung ini dibangun, kunjungan warga Papua Nugini dilaporkan semakin meningkat. Baik untuk bertransaksi di Pasar Skouw yang berada tak jauh dari pos perbatasan, maupun sekadar berswafoto. Namun, kunjungan lebih banyak terjadi saat hari pasar yang digelar pada Selasa dan Kamis saja. Jika pada hari biasa, jumlah kunjungan sekira 200-300 orang. Saat hari pasar, kunjungan warga Papua Nugini dapat mencapai 1.000-1.500 orang.
Berdasarkan data pelintas periode April 2018, tercatat pengunjung yang melintas melalui PLBN Skouw berjumlah 10.600 orang. Pengunjung tersebut terbagi atas beberapa jenis, yaitu pengunjung yang melintas menggunakan paspor, warga lokal yang menggunakan kartu kuning pada hari pasar (suplemen), dan pengunjung dari Papua Nugini yang hanya berwisata di sekitar bangunan PLBN.
Saat hari pasar, pelintas kebanyakan datang dengan kartu kuning yang merupakan kartu khusus pengganti paspor bagi warga lokal Papua Nugini yang tinggal di wilayah perbatasan, Wutung. Penggunaan kartu kuning untuk warga Papua Nugini sama seperti penggunaan kartu merah untuk warga lokal Skouw yang akan berkunjung ke Papua Nugini. Kebijakan ini merupakan langkah yang diambil melalui kesepakatan antara kedua negara.
Ada berbagai alasan bagi warga Papua Nugini yang memilih berbelanja di Pasar Skouw. Selain harga yang relatif murah dibandingkan di Papua Nugini, jenis barang yang ditawarkan pun beragam. Mulai dari kebutuhan sandang hingga pangan mudah didapatkan di pasar ini, seperti buah-buahan, makanan dan minuman kemasan, snack, pakaian, bantal, karpet, hingga peralatan rumah tangga.
"Saya beli 22 slop rokok. Selalu beli di sini (Skouw) karena harganya lebih murah dari di Papua Nugini. Saya juga mau beli beras dan minuman kaleng hari ini. Setiap hari saya belanja ke sini, lebih suka belanja di Indonesia," ujar seorang warga Papua Nugini dalam bahasa Inggris khas yang diterjemahkan oleh Kasubbid Pengembangan Kawasan PLBN Frans Willem K Imbiri.