Pasangan nelayan ini percaya dengan mitos-mitos tentang telur penyu yang diyakini mampu menjaga kandungan sang istri. Tetapi, pasangan ini kemudian berhadapan dengan regulasi konservasi penyu dan perubahan iklim di wilayahnya.
Mengangkat tentang mitos dan lingkungan di Malang, proses produksi film pendek Jangka Kala mengambil lokasi syuting di beberapa destinasi wisata di Malang, Jawa Timur. Di antaranya Pantai Clungup, Pantai Tiga Warna, dermaga perahu Kondang Buntung, dan pelabuhan ikan Sendang Biru.
“Harapan kami, dengan film ini, semakin banyak orang lagi yang lebih mengenal destinasi-destinasi di Malang, seperti Pantai Tiga Warna, Pantai Clungup. Selain itu, mudah-mudahan juga bisa membantu masyarakat lokal di sekitar sini kelak menumbuhkan ekonomi di sektor wisata Malang,” ujarnya.
Menurut Arfan, program PEN Film layak diteruskan untuk memajukan kembali industri dan ekosistem di dunia film Indonesia usai dihantam pandemi Covid-19. “Bantuan ini sangat membantu para pembuat film yang akhirnya bisa bergerak lagi,” kata Arfan.
Ke depan, lajut dia, film Jangka Kala akan diikutkan ke festival-festival film, baik di dalam negeri maupun luar negeri.