Sandiaga mencontohkan salah satu desa wisata yang menjadi acuan bagi pengembangan 244 desa wisata di Tanah Air tersebut adalah desa wisata di Semenanjung Istria, Kroasia. Kawasan desa wisata yang mengusung konsep rural tourism ini mencakup 20 kotamadya yang memeroleh pendapatan rata-rata lebih dari 881,4 juta Croatian Kuna atau Rp1,989 miliar dan nilai tambah 353,7 juta Croatian Kuna (setara Rp798,2 miliar) atau sekitar 40,13 persen.
Selain itu, Sandiaga menuturkan dalam upaya pengembangan desa-desa wisata ini, Kemenparekraf/Baparekraf akan menggandeng lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian lain yang ada di Tanah Air. "Kajian dampak pengembangan desa wisata ini rencananya akan dilaksanakan pada 2021 bekerja sama dengan Universitas Indonesia dan lembaga penelitian lainnya,” katanya.
Sandiaga juga membeberkan beberapa prakiraan komponen kebutuhan konsep pengembangan desa wisata.
“Beberapa prakomponen tersebut adalah proses design thinking menjadi konsep pemetaan lokasi dan potensi. Kedua, penggalian, pelatihan, pendampingan, dan kontruksi sosial. Ketiga, website media sosial konten manual dan SOP. Keempat, infrastruktur fisik dan homestay. Kelima, wahana komunitas, laboratorium peralatan, dan tim untuk litbang," ujar Sandiaga.
Untuk mewujudkan pengembangan ini, Sandiaga menuturkan perlu ada kolaborasi dan inovasi antara kementerian dan lembaga terkait, masyarakat lokal, serta pemerintah daerah. “Kami harus bekerja sama dengan banyak pihak, pemerintah pusat, daerah, swasta, perguruan tinggi, dan kami juga membuka pintu untuk bekerja sama dengan pihak lain termasuk komunitas yang bisa berkontribusi bagi desa wisata,” kata Sandiaga.