4. Kearifan lokal masyarakat setempat
Bangunan masjid ini mengangkat gaya arsitektur ala Sudan Sahili, yang merefleksikan kearifan lokal masyarakat Afrika Barat. Masjid Agung Djenne bisa dikatakan karya spektakuler sekaligus bukti kehebatan arsitek muslim, Ismaila Traore yang mampu secara ciamik 'menyulap' lumpur-lumpur tersebut menjadi bangunan bernilai seni tinggi. Traore menggunakan bahan-bahan tradisional, seperti batang dan cabang pohon yang diaduk bersamaan bata lumpur kering dan juga tanah liat.
5. Festival sekaligus pemugaran dilakukan setahun sekali
Untuk mempertahankan bangunan masjid tetap kokoh, masyarakat sekitar melakukan Crepissage de la Grand Mosquee, yaitu mengganti lumpur yang menyelimuti bangunan masjid raya tersebut.