JAKARTA, iNews.id - Sebagian profesional Ibu kota benar-benar memulai kebiasaan baru dalam dunia kerja yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Saat sebagian karyawan masih dituntut memindai jempol, atau wajah maupun ID Card atau mengukur kehadiran dengan cara-cara konvensional lainnya, sudah mulai banyak pekerja kreatif, entrepreneur muda, maupun startup baru yang lokasi berproduksinya tidak selalu berarti kantor fisik. Bagi mereka, tingkat kehadiran adalah produktivitas itu sendiri.
Bahkan, sejumlah perusahaan minyak maupun oil service company memangkas habis ruang kantor untuk efisiensi, kecuali ruang-ruang kerja untuk manajemen.
Sebagai gantinya, mereka memberikan insentif untuk perlengkapan bekerja, beserta kebutuhan alat-alat pendukung lainnya, sehingga karyawan bisa produktif, efisien, dan efektif.
"Kantor kita di Jakarta tutup. Kita kerja full dari rumah. Kalau perlu meeting, kita ada kantor dan gudang di Kranggan. Tapi kalau jaraknya dianggap kejauhan, saya sewa tempat meeting di tengah kota," kata Ikhsan, seorang Technical Support Assistant Manager di perusahaan oil service di Kranggan, Bekasi, Jawa Barat.
Ikhsan menambahkan, seringkali meeting dan diskusi tidak bisa dilakukan secara digital. Dalam mempresentasikan produknya, dia dituntut untuk menampilkan detail produk yang dinilai tidak maksimal bila dipaparkan secara digital.
Namun, lanjutnya, fasilitas internet berkecepatan tinggi menjadi salah satu faktor utama dalam menentukan coworking space.
"Saya tetap antisipasi bila memerlukan pihak lain untuk bergabung dalam presentasi saya. Kadang ada partner yang diperlukan tapi tidak perlu hadir secara fisik. Makanya saya tetap perlu akses internet," katanya.