Masyarakat Desa Sukarara memiliki kesadaran untuk melestarikan warisan tenun tradisional khas Lombok. Sejak kecil, para perempuan di Desa Sukarara sudah akrab dengan alat tenun karena setiap hari melihat ibu mereka menghabiskan waktu dengan menenun. Benang sutra beraneka warna pun telah terpasang di alat tenun masing-masing.
Tenun adalah tradisi turun-temurun dan juga menjadi alat penyambung hidup, sehingga setiap ibu seringkali mewarisi bakat menenun kepada putrinya. Layaknya kehidupan sehari-hari di rumah, para ibu turut mengajak anak mereka melihat proses menenun di tengah lapangan Desa Sukarara. Merasakan euforia pemecahan rekor MURI yang tentu menjadi pelecut semangat mereka agar terus melestarikan budaya tenun.
Pada kegiatan rekor MURI ini, tidak hanya kaum ibu, anak-anak muda berusia 20 tahunan juga terlihat antusias saat menenun bersama. Total ada 2023 penenun yang berkumpul. Beberapa kali mereka terlihat bercengkrama sejenak saat rasa jenuh mulai menghampiri. Ternyata, ada beberapa anak kecil yang juga terlihat dalam barisan para penenun, seperti tiga anak perempuan asal Dusun Batu Entek yakni Hasanah, Nurul dan Tika yang masih berusia belasan tahun!
Meski baru belajar menenun sekitar satu tahunan ini, tangan mereka sudah cukup terampil. Terlebih ibu mereka juga turut mendampingi untuk membimbing jika benangnya putus atau terjadi kendala lainnya.
Jangan dibayangkan jika satu kain tenun bisa selesai dalam waktu beberapa jam saja. Sebab, benang-benang sutra yang ditenun menjadi kain yang umumnya sepanjang 4 meter itu membutuhkan waktu pengerjaan bisa sampai berhari-hari dan seringkali lebih dari satu minggu!
Para penenun pun turut dihibur dengan riuh suara gendang beleq yang ditabuh serta diramaikan dengan acara Peraje Jaran Kamput ini. Di mana ada sepasang pria dan wanita naik di atas kuda tunggangan bak seorang raja dan ratu yang diangkat oleh pengawalnya. Lengkap sudah suasana adat yang mengiringi para penenun untuk menghasilkan kain tenun berkualitas khas Suku Sasak ini. Adapun nantinya piagam penghargaan Rekor MURI akan 'dijemput' langsung oleh Kepala Desa Sukarara dari Jakarta pada 13 Juli 2023 mendatang.