Warga tidak setuju dengan penamaan Kampung Mati
Namun, sebagian dari warga kampung Cibueuk yang masih tersisa mengungkapkan tidak terima dengan julukan kampung mati yang disematkan pada kampungnya itu. Seperti yang dikutip dari akun YouTube Wekajournal, seorang wanita yang tak diketahui namanya ini mengungkapan merasa sakit hati, jika Kampung Cibueuk dinamakan kampung mati.
"Kata siapa ini kampung mati? Ini bukan kampung mati. Di sini masih ada penduduk gitu kan," kata seorang wanita yang tak diketahui namanya tersebut.
Menurutnya, nama tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang ada. Karena, masih ada beberapa kepala keluarga dan rumah yang masih dihuni oleh pemiliknya dan menolak untuk dipindahkan ke lokasi baru. Diketahui rumah-rumah yang berpenghuni di desa ini hanya tersisa 5 rumah saja.
"Memang disebut Kampung mati bisa, atau boleh. Tetapi saya tudak setuju dengan hal tersebut," kata seorang pria paruh baya yang juga tak diketahui namanya.
Diketahui mayoritas penduduk di kampung ini bekerja sebagai petani di sawah atau juga memiliki kebun yang ditanami berbagai sayur maupun pohon-pohon kopi yang jadi sumber penghasilan, sekaligus bahan pokok sehari-hari masyarakatnya.
Bangunan rumah masih kokoh
Rumah-rumah di perkampungan Cibueuk kebanyakan masih sangat kokoh dan terbilang baru. Rumah-rumah tersebut terbengkalai begitu adanya, dan hanya diambil furniturenya oleh sang pemilik. Warga Cibueuk terpaksa meninggalkan rumah mereka guna menghindari bencana alam, berupa tanah longsor.
Perlu diketahui, nama dari Kampung Cibueuk diambil dari nama mata air yang berada di akar pohon yang "Rarambueukan" (akar pohon yang lebat) jadilah nama Bueuk sedangkan ‘Ci’ diambil dari istilah air dalam bahasa Sunda ‘Cai’ menjadi Cibueuk yang berlokasi di Cireuntes.