JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Toraja paling seru untuk dijelajahi. Sebab, daerah yang ada di Sulawesi Selatan ini memiliki berbagai tradisi menarik yang membuat siapa saja penasaran.
Ya, di Indonesia, tersebar sebanyak 3.613 desa wisata yang memiliki keunikan. Salah satu desa wisata tersebut adalah Ke'te Kesu yang ada di kawasan Tana Toraja. Desa ini dikenal karena adat dan kehidupan tradisional masyarakatnya yang unik.
Bahkan, wisatawan mancanegara sangat tertarik untuk mengunjungi desa ini jika berlibur ke Toraja. Desa ini tidak hanya menyajikan pemandangan indah, tapi juga menyimpan tradisi turun-menurun yang terlihat menakutkan.
Desa Ke'te Kesu terletak di Kampung Bonoran Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Ingin tahu apa saja keunikan dari Desa Ke'te yang membuat penasaran banyak orang? Berikut ulasannya dirangkum pada Senin (9/1/2023).
Kuburan Adat
Kampung unik di Toraja ini memiliki hal menarik, yaitu kuburan adat yang sangat fenomenal. Warga di Desa Ke'te Kesu melihat kematian dengan cara yang berbeda dan unik. Masyarakat di sini percaya kematian merupakan proses bertahap menuju akhirat (puya). Berbeda dengan kebanyakan suku di Indonesia yang menguburkan jenazah di dalam tanah, tapi di Ke'te Kesu, jenazah dimakamkan di dinding tebing yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Memang terlihat menakutkan, karena saat peti diturunkan untuk ritual Ma'nene atau pembersihan peti jenazah, Anda dapat melihat kerangka leluhur yang masih utuh di peti kayu.
Di sini, juga ada beberapa makam yang dianggap modern, yaitu makam yang menggunakan bangunan seperti rumah. Selain itu, makam tersebut juga memajang foto dari anggota keluarga yang meninggal. Di area tebing, Anda akan melihat banyak makam berupa peti kayu yang diletakkan di dinding tebing yang sudah dilubangi maupun digantung di atas.
Peti kayu ini disebut erong, berbentuk runcing menyerupai perahu dan merupakan bentuk makam paling awal. Semakin tinggi peti diletakkan di dinding tebing, menandakan semakin tinggi derajat seseorang sekaligus dipercaya semakin dekat dengan nirwana. Hal ini terjadi sekitar 7 abad yang lalu di mana masyarakat Tana Toraja masih menganut kepercayaan animisme.