Kisah Pilu Bunker Kaliadem
Bunker Kaliadem dibangun pada 2001 untuk tempat berlindung warga masyarakat sekitar ketika Merapi mengalami erupsi. Bunker ini kemudian diresmikan empat tahun setelahnya. Bunker kaliadem memiliki kedalaman 3 m dengan luas ruangan 12 m.
Kisah bunker Kaliadem ini bermula ketika, dua orang relawan bernama Sudarwanto dan Sarjono yang ditugaskan untuk membantu mengevakuasi masyarakat sekitar lereng Merapi kala itu. Pada 15 Juni, 2006 Sudarwanto tengah melaksanakan piket dan sempat memberikan kabar kepada temannya bahwa di dalam bunker terdapat dua orang.
Tak lama dia melihat Gunung Merapi mengalami erupsi, kedua relawan tersebut memerintahkan masyarakat desa untuk berlindung dan masuk ke dalam bunker Kaliadem, agar terhindar dari wedus gembel atau terkaan awan panas gunung Merapi.
Bukannya menuruti perkataan Sudarwanto dan Sarjono, para warga justru mengabaikan perintah tersebut, dan berlarian ke area persawahan. Akhirnya mereka berdua yang masuk ke dalam bunker tersebut. Bunker Kaliadem memang dirancang untuk tahan dari terjangan awan panas serta partikel-partikel kecil yang keluar dari mulut gunung Merapi.
Namun, nasib berkata lain rupanya bunker tersebut tidak dibuat kedap dari panasnya lahar Mandrageni. Keadaan semakin mencekam ketika bunker bocor, dan lahar api panas masuk ke dalamnya. Usaha kedua relawan ini sia-sia karena mereka terjebak dengan lahar api panas yang terus memenuhi bunker, ditambah material vulkanik yang menimbun bunker benar-benar mempersulit upaya mereka untuk keluar.