Candi Ijo
Candi Ijo dibangun sekitar abad sembilan di bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo. Bukit ini memiliki ketinggian sekitar 410 m di atas permukaan laut. Karena ketinggiannya, maka bukan saja bangunan candi yang bisa dinikmati tetapi juga pemandangan alam di bawahnya berupa teras-teras, seperti pertanian dengan kemiringan yang curam. Meski bukan daerah yang subur, pemandangan alam di sekitar candi sangat indah untuk dinikmati.
Candi Barong
Menurut sejarah, candi yang diperkirakan dibangun antara abad Sembilan dan 10 ini sebenarnya bernama Candi Suragedug. Namun, hiasan sosok raksasa menyeramkan yang menghias pintu masuk candi berbentuk barong di tiap sisi bangunan. Karena itu, masyarakat sekitar lebih senang menjulukinya Candi Barong. Kala-kala barong di candi ini dalam mitologi Hindu dipercaya sebagai makhluk penjaga kesucian bangunan. Alih-alih menyeramkan seperti kala pada bangunan lainnya, barong-barong ini malah terkesan memberikan senyuman. Selain barong, ornamen unik lain yang menghias candi ini adalah Ghana, si raksasa kerdil yang menopang relung candi.
Candi Abang
Candi Abang tidak memiliki bentuk seperti candi pada umumnya. Di candi ini, pengunjung tidak akan menemukan susunan batuan megah dengan pahatan relief, melainkan sebuah gundukan tanah seperti bukit telletubies. Dalam bahasa Jawa, kata abang berarti merah. Candi Abang berarti candi yang berwarna merah. Berbeda dengan candi-candi lain yang disusun dari batuan andesit yang berwarna hitam, Candi Abang terbuat dari susunan batu bata berwarna merah serupa dengan bangunan candi di Mojokerto. Karena itulah, candi ini dinamakan Candi Abang.