KARANGASEM, iNews.id - 'Om Swastiastu' itulah sapaan yang dilontarkan penerima tamu saat melintasi gapura Museum Kehidupan Samsara atau Samsara Bali Living Museum, di Kabupaten Karangasem, Bali. Terletak di Desa Jungutan, Bebandem, Karangasem, lokasinya sangat dekat dengan Gunung Agung.
Co–Founder Museum Kehidupan Samsara, Ida Bagus Agung Gunartawa mengatakan, konsep museum ini hadir berawal dari keprihatinan modernisasi yang menggerus adat dan budaya Bali. Apalagi kini jarang dipahami terutama oleh generasi muda.
"Museum Kehidupan Samsara adalah salah satu dari pengejawantahan Museum Kehidupan Karangasem yang mengangkat tema tentang siklus hidup manusia Bali. Dimulai dari berbagai nilai serta tradisi yang melekat sejak bayi berada di dalam kandungan, kemudian lahir ke dunia, hidup dan mati bahkan hingga menyatu dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa dan tercapainya kesempurnaan," ujar Agung Gunartawa, di Karangasem, belum lama ini.
Konsep Museum Samsara adalah merekontruksi rangkaian siklus kelahiran manusia Bali. Di mana semua dibingkai dalam ritual, sarana upakara. Dan pemaknaan di balik simbol-simbol tersebut menjadi informasi praktis yang dapat menjadi pengkayaan pengalaman.
“Di museum ini ada displai dan juga simbolisasi mulai dari bayi dalam kandungan termasuk ngerujak, megedongan, nanem ari, mapag rare, kepus wedel, ngeles kekambuh, telu bulan, nem bulan/oton, semayut meketus dan menek kelih, metatah, ngaben, sampai atma wedana,” kata Agung Gunartawa, melalui keterangan tertulis yang diterima, Senin (14/10/2019).