President Director Masterpiece Auction House, Benny Raharjo mengatakan, Sudjadijono merupakan perwira Angkatan Udara yang hobi melukis. Jarang seorang perwira tinggi bisa melukis. "Mas Jack termasuk salah satu seniman yang berani melukis dengan coretan kontemporer dan terang. Cerita wayang yang mengadopsi kehidupan manusia yang baik, akan memberi efek yang baik pula. Ini merupakan karya menarik karena detail dan banyak menggunakan warna emas," ujar Benny.
Sementara itu, salah satu kolektor lukisan, Syakieb Sungkar mengatakan, lukisan dari seniman Sudjadijono atau Mas Jack yang dikerjakan terlihat terampil dan colorful. Sudah pasti dalam setiap lukisan wayang tersebut ada narasi. Apakah itu suatu petilan dari adegan dalam Mahabrata atau Ramayana, cerita seorang tokoh, sikap atau pendirian atas suatu keadaan atau situasi, nasehat dan petuah, atau perlambang.
"Apa yang dikerjakan oleh Pak Sudjadijono ini sama halnya dengan prinsip lukisan kontemporer. Teman saya, seorang pengepul barang senirupa, pernah mengatakan, yang membedakan seni kontemporer dengan modern art adalah, seni rupa kontemporer membutuhkan cerita atau narasi agar dimengerti maksudnya oleh pemirsanya. Di sini peran kreator atau pencipta karya tidak terlepas atas karya yang dihasilkannya," ujar Syakieb.
Untuk itu, mengapa hal ini terjadi? Karena audiens seni wayang saat ini sudah menyempit, terutama pada generasi baru orang-orang Indonesia saat ini. Tidak semua generasi baru orang Jawa mengetahui cerita wayang, apalagi karakter tokohnya satu persatu. Pencipta dibutuhkan sebagai narator atas karya-karyanya.
"Pembuatan karya-karya wayang ini selain menciptakan keindahan dan menyalurkan kreativitas, juga merupakan pelestarian atas kebudayaan adi luhung Indonesia. Lukisan ini merupakan sarana pendidikan juga, karena selain dikenalkan kembali pada wayang, kita juga diberikan pesan-pesan moral yang merupakan cerminan pendirian dari pelukisnya," ungkap Syakieb.