“Sangat jarang ditemui lokasi penyelaman khusus freediving yang potensial seperti ini, maka ini merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh Sabang dan layak dimanfaatkan untuk kemudian kita promosikan. Kegiatan freediving ini merupakan kejuaraan kelas dunia," ujarnya.
Jamaluddin menambahkan, Sabang dengan lokasi penyelaman di Teluk Balohan tersebut sudah dikenal para penyelam karena bisa diselami tanpa tabung oksigen.
Selain itu juga sudah menjadi lokasi rutin yang mereka kunjungi untuk sekadar menjajal atau berlatih freediving sebelum pelaksanaan kejuaraan tersebut.
Lama tinggal wisatawan freediving yang utamanya dari Malaysia, Singapura, beberapa dari Eropa, dapat mencapai sekitar 20 hari atau lebih.
“Waktu tinggal para wisman yang lama ini sudah menggerakkan perekonomian daerah, karena selama di Sabang mereka mengeluarkan biaya-biaya akomodasi, makan dan minum, sewa alat transportasi termasuk motor, dan lain sebagainya,” kata dia.
Mengenai potensi pariwisata laut di Sabang, Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kementerian Pariwisata, Indroyono Soesilo mengatakan, pihaknya mendukung penyelenggaraan Sabang International Freediving Competition 2019 yang merupakan kejuaraan kelas dunia.