Namun muncul masalah kedua, harus dibawa ke bengkel mobil untuk membuka ban. Banyak waktu terbuang dan harus rela ditinggal makan siang. Di sisi lain ban Ring 19 dipastikan tak ditemukan di lima toko ban di Palangkaraya karena ukuran ini memang size motor klasik atau motor trail, yang di Palangkaraya disebut ban rimba.
Hari itu kami diajak makan oleh adik Bu Ellis yang kebetulan bertugas di Polda Kalimantan Selatan. Jam 12.00 hidangan sudah tersaji saat kami tiba di Restoran Kampung Lauk. Restoran terkenal di kota ini dan ramai pengunjung. Pilihan tempat duduk kami strategis, tepat di pinggir Sungai Kahayan. Dari sini kami dapat melihat jembatan Kahayan yang megah dari kejauhan.
Sambil makan, perjalanan 3 motor yang menyusul dari Pangkalan Bun terus dimonitor. Dapat info R100GS sudah sampai di Sampit. Adapun R1200C dan r51/3 jauh tertinggal di belakang. Tidak tanggung-tanggung, tertinggal 70 km.
R100GS melesat sendirian, asyik menikmati shock breaker baru. Membayar lunas utang, setelah berpayah-payah riding dengan shock breaker rusak sepanjang jalur Nanga Tayap - Pangkalan Bun dua hari sebelumnya. Tepat pukul 14.00 waktu setempat, ada perintah untuk segera bersiap. Ervien R100GSPD masih bersungut-sungut menyantap sajian yang menurutnya tinggal sedikit karena dihabiskan Rizal R100RS.
Ikan bakar berbagai jenis dan sambal tomat memang lezat, khas Kalimantan. Saking nikmatnya makan, ada yang lupa mematikan kontak motor. Hidra R80G/S putih mulai dapat masalah, motor tidak bisa distarter. Info dari mekanik, tadi lupa matikan kunci kontak dan lampu dibiarkan terus menyala. Setrum aki habis.