Berlatar waktu sebelum gunung ini dinamakan sebagai Gunung Sibayak, di kala itu terdapat kakak beradik yang kedua orang tuanya telah tiada. Kakak beradik ini berusia 15 dan 17 tahun, keduanya berusaha berbagai cara untuk dapat bertahan hidup. Kemudian, keduanya sepakat untuk mencari lahan kosong yang subur dan menanam padi.
Ketika proses pengerjaan lahan tersebut, sang adik yang tengah asyik mencangkul tiba-tiba cangkulnya membentuk benda keras. Karena merasa penasaran, dia pun mencoba menggali dan menemukan Kudin (kotak kecil yang terbuat dari kuningan). Saat dibuka, keduanya terkejut bukan kepalang, yang bercampur dengan perasaan senang lantaran di dalam kudin tersebut terdapat emas seukuran kepalan tangan orang dewasa.
Keduanya kemudian sepakat untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dengan menjual emas tersebut. Sang kakak bertugas mencari calon pembeli dan sang adik bekerja seperti biasa di ladang. Singkat cerita sang kakak telah menemukan pembeli yang mengganti emasnya dengan sekarung uang, sedangkan sang adik mulai memasang granat dan bambu runcing di sekitar ladang mereka.
Dalam perjalanan pulang, si sulung singgah untuk membeli roti, setelahnya dia juga membeli berbagai obat pembasmi hama dan penyubur padi. Tanpa disengaja, dia lupa dan mencampurnya dengan roti-roti tadi. Setelah perjalanan panjang, si sulung tiba di gubuk dan teringat sang adik yang masih bekerja di ladang. Tanpa pikir panjang dia bergegas mencari sang adik dan tak sengaja menginjakkan kaki pada granat yang terpasang, alhasil granat tersebut meledak dan kepalanya tertusuk bambu runcing.
Sang adik yang tengah kelaparan, tak peduli melihat kejadian tersebut dan langsung menyantap roti yang sudah beracun. Tak lama dia merasa pusing dan meninggal di dekat jasad sang kakak. Keduanya meninggalkan banyak uang. Oleh karena itu, masyarakat percaya jika di Gunung Sibayak ada banyak harta karun peninggalan para raja.